Share Experience-- Tepat hari ini tanggal 2 Mei kami dari Prodi Tadris IPS mengadakan suatu kegiatan yang kami beri tema “Sehari bersama Tadris IPS melalui Fun Learning based Culture” pada sekolah-sekolah di kota Parepare, pilihan kami jatuh pada SDLB Parepare, dengan menyalurkan beberapa konsep pembelajaran yang berbasis culture pada anak-anak disabilitas, diselah-selah keterbatasan mereka terdapat banyak anak-anak yang difabel mempunyai berbagai prestasi.
Namun juga dibalik keterbatasan mereka kita harus butuh ekstra kekuatan dalam menhadapi mereka, karena mereka hanya butuh cinta dan kasih sayang dalam pembelajarannya.
Di sekolah yang kami kunjungi ini terdapat anak-anak difabel yang mempunyai IQ tinggi dan pada saat ini pula kami mengenalkan mereka pembelajaran yang fun, lewat playing with learning. Mari belajar mengetahui mereka sehingga mereka adalah kami.
Disabilisas adalah kata lain yang merujuk pada penyandang cacat atau difabel. Bagi masyarakat, disabilitas merupakan sebuah ironi yang menanti untuk mendapatkan respon positif dari masyarakat, namun mereka justru mendapatkan perlakuan berbeda dari masyarakat. Sebagian masyarakat masih miris jika menpunyai sanak saudara yang menyandang cacat, dipandangnya sebelah mata bahkan sampai ada yang berbuat anarkis dengan membuang keluarga mereka yang cacat, dengan alasan sederhana pembawa sial dalam keluarga, atau malah menjadi perusak keturunan.
Padahal mereka juga adalah ciptaan Allah yang juga mempunyai hak untuk hidup dan beraktifitas. Begitu juga halnya dengan masyarakat Umum, malah menhindari kaum disabilitas dari segala aktifitas dan rutinidas dalam kehidupan, dan juga alasannya sama dengan menganggap disabilitas itu sebagai sumber aib dalam pergaulan. Kembali memahami status dan pandangan tetnang disabilitas.
Siapa itu
disabilitas ?
Menurut yuridis UU No 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat adalah didefinisikannya; adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya. Dan terdiri dari penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.
Keberadaan mereka telah di akui oleh pemerintah dan diharap semua masyarakat dapat memandang sama posisi dan kedudukan mereka dalam bersosialisasi dengan masyarakat.
Secara agama disabilitas dianggap dan diistilahkan dengan istilahdzawil ahat, dwawil ihtiyaj, al khashah orang-orang yang mempunyai keterbatasan. Dalam alquran yang sangat popular dalam tentang disabilitas adalah kisah ummi Maktum yang datang kepada nabi untuk memohon bimbingan Islam, namun Ummi Maktum diabaikan oleh Rasulullah Kemudian turunlah surah Abasa kepada beliu sebagai peringatan agar memeperhatikan Ummi Maktum meskipun Ummi Maktum itu tuna netra.
Rasulullah menekankan bahwa disabilitas tidak mempengarungi kesempurnaan mereka di mata Allah selama mereka memiliki iman yang kokoh. Bahkan beliau juga mengajarkan bahwa mereka yang disabilitas bukan lah hukuman dari Allah tetapi merupakan pengampunan atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan. Nabi telah melindungi hak asasi kaum difabel dan menhapus distriminasi berlandaskan disabilitas.
Kisah ummi Maktum diatas perlu dipahami bahwa setiap yang memiliki kekurangan terdapat kelibihan di dalamnya, ummi Maktum yang tuna netra di berikan nikmat besar dari Allahyaituberupa kepekaan dengan mengetahui waktu. Pada menjelang fajar dengan berbekal tongkatnya ia keluar dari rumahnya kemudian menuju ke masjid serta mengumandangkan adzan.
Lain halnya dengan persahabatan nabi dengan Julaibib, beliau adalah adalah salah satu sahabat nabi yang memiliki tubuh pendek dan tak menawan. Karena fisiknya yang kurang menarik keberadan beliu di Madina kurang disenangi oleh masyarakat setempat. Sehingganabi menyatakan kepada sahabat bahwa sesunggu jubaibil ini sebagian daripada diriku dan aku ini sebagaian darinya. Nabi kemudian melamarkan wanita cantik kepada jubaibil. Inilah lah sikap rasulullah menggambarkan prinsip inkluasi atau keseteraan bagi kaum difabel yang harus di terapkan. Lewat advokasi dan tindakan nyata dalam mendidik ummatnya untuk menerima, menyejahterakan dan memperdayakan kaum difabel.
Saat ini disabelitas telah membukti dirinya dalam kanca nasional dan internasional walau dalam keterbatasan mereka mampu mengukir prestasi demi prestasi.
Di Indonesia ini baru-baru diselenggarakan pesta olaraga bagi kaum difabel. Indonesialah yang menjadi tuan rumah pada event pesta tersebut memberikan kesempatan kepada seluru warga yang difabel yang mampu mengasah kemampuan mereka ikut dalam ajang event tersebut. Semangat positif dan tentu menuai banyak pujian baik dari dalam maupun luar negeri.
Asean para games telah digelar pada beberapa bulan yang lalu, dan Indonesialah menjadi Tuan rumah ketiga yang sebelum dilaksanakan di Guangzhou, Cina 2010 dan yang keduadi Incheon, Korea Selatan 2014 hingga saat ini 3.886 atlet dari 42 negara terdaftar sebagai peserta. Dan dari Indonesia sendiri terdiri dari 300 atlet dari Indonesia. Dan menariknya terdiri dari 18 cabang olahraga yang pertandingkan.Diantaranya adalah panahan, atletik, badminton, boccia, bowling lapangan, angat besi, shooting, renang, tennis meja, voli duduk, basket kursi roda, panahan kursi roda dan tennis kursi roda.
Diantara yang menarik dalam event pertandingan Asia
Para Games adalah pada kaum difabel adalah boccia yaitu jenis
olaraga bagi penderita keterbetasan motorik(cerebral palsy) dan
dimainkan diatas kursi roda dengan melemparkan bola kulit yang merah atau biru
dengan sedekat mungkin. Yang tidak bisa menggunakan tangannya boleh dengan alat
bantu.
Lain halnya
dengan goalball adalah permainan yang didesain untuk para tuna tetra
yang mereka mempunyai keterbetasan penglihatan.setiap tim terdiri dari tiga
peserta. Bola dilempar ke gawang lawan dan lawan berusaha mencegah masuknya
bola dengan badan mereka. Permainan tersebut hanya berada di area depan gawang
sendiri sepanjang pertandingan. Karena tidak bisa melihat bola maka bola diisi
dengan lonceng agar pemain bisa mengatahui arah datangnya bola, dan penonton
dilarang berisik agar para pemain dapat konsentrasi mendengar datangnya bola
tersebut.
Ajang Asian
Para Games ini juga ditujukan untuk bisa membangkitkan kepercayaan diri para
atlet bagi mereka penyandang disabilitas sehingga tidak lagi merasa minder
dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Untuk lebih memahami tujuan diadakannya event ini adalah semata-mata hanya untuk meningkatkan kesejatraan penyandang disabelitas melalui partisipasi mereka dalam ajang olaraga, memperdalam nilai pengertian dan persahabatan antar penyandang cacat serta mendukung rehabilitasnya melalui aktivitas oralaraga.Akhirnya konsep untuk mensejaterahkan mereka para difabel adalah melalui solusi; Teknologi. Teknologi lah yang menjadi solusi bagi mereka. Walau dalam kasat mata masih belum meratanya penggunaan fasilitas umum seperti kursi roda umum untuk menunjang mereka dapat beraktifitas seperti manusia yang normal. Ini sangat berbeda di Negara maju fasilitas untuk disabelitas disamakan dengan masyarakat umum, mulai dari tiolet, trotoar, hingga transportasi umum yang dapat menujang aktifitas bagi disabelitas. Contoh yang di lansir dari Cnet(2/2) seorang penyandang cacat yang bernama Austin whitney, membuat orang tercengang karena dia berdiri dari kursi rodanya danberjalan sejauh 3 meter untuk menerima gelar sarjananya di Universitas of Calofornia. Namun hal itu bukanlah sebuah keajaiban, Whitney memang memakai jubbah robot exoskeleton, yakni sebuah robot yang bisa dipakai dan dilengkap dengan persendian di pinggul dan lutut untuk membantu pergerakan para penyandang disabelitas. Jubbah robot ini bisa membuat para difabel berjalan selama 4 jam dan bahkan bisa membuat para difabel bermain bola.
Konsep kedua bagi para penyandang cacat adalah pendidikan Inklusi. Pendidikan Inklusii adalah bentuk penyelenggaraan pendidikan yang mengabungkan pendidikan regular dengan pendidikan khusus dalam satu system sekolahan.
Untuk dapat mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intektual dan sosial emosional. Dengan pendidikan inklusif ini di harap para penyandang cacat terlatih kemandiriannya dan kemapuan intraksinya, dalam menciptakan kesetaraan dan memupuk rasa percaya diri. Disamping juga pendidikan Inklusi ini akan mempermudah akses bagi kaum disabilitas sehingga tidak putus sekolah.
Selanjutnya konsep ketiga setelah pendidikan Inkuisi adalah lapangan kerja, lapangan kerja juga masih sedikit memberikan peluang bagi kaum disabelitas. Malah dunia pencari kerja memberikan persyaratan yang sangat tinggi bagi penyandang disabelitas. Seperti adanya tes kesahatan dan tes psiotrapy, serta standar kualifikasi pendidikan yang kadang menyudutkan para penyandang disabilitas.
Maka dari itu ketua FKPCTI (Forum Kesejatraan Penyandang Cacat Tubuh Indonesia ) Mahmud Fasya meminta dihapuskan syarat pendidikan dan mengganti dengan syarat keterampilan. Jika mengacu pada syarat tenaga kerja S1,S2 dan S3 hal ini menjadi penhambat utama bagi kaum difabel. Ketika pemerintah akan membuka lapangan kerja hendak tidak melihat dari keterbatasan mereka karena mereka juga punya potensi dan konpetensi untuk di beri kesempatan. Lihatlah mereka dengan kemapuan apa yang dilakukannya dengan memberikan alat bantu agar bisa memaksimalkan aktifitasnya. Mereka para disabelitas perlu dorongan lebih menyakinkan bahwa mereka juga bisa dan dapat bersaing. Hal ini perlu dilakukan pemberdayaan.
Dari ketiga
model solusi yang di tawarkan untuk para penyandang disabelitas diatas maka
perlu kembali penegasan ulang tentang hakekat keberadaan mereka. Disabelitas
bukan dipandang sebagai kecacatan yang dialami oleh seseorang tapi sebuah
keadaan yang menyebabkan ia tidak dapat melakukan fungsi-fungsi dirinya secara
optimal.
Yang terakhir dan paling penting bagi para penyandang cacat adalah dukungan dan peran keluarga. Dukungan mereka sangat diperlukan sebagia orang disabilitas.Mereka tetap harus diakui dan diperdayakan selayaknya manusia umumnya. Sehingga membuat hidup mereka lebih bermakna karena adanya penghargaan atas hak-haknya sebagai manusia
Kualitas mereka
sudah tidak diragukan lagi setelah menyaksikan beberapa atlet Asian Para Games
yang berlaga dalam kanca pertandingan, seperti yang dialami Fadil Imanuddin
yang telah menyubangkan Emas untuk Indonesia walau kakinya telah diamputasi
akibat kecelakaan saat fadil bertanding. Walau dengan kaki palsu Fadil dapat
menyumbangkan emas untuk Indonesia dalam pertandingan balap sepeda.
Mari bersama merangkul mereka yang disabilitas karena mereka juga adalah saudara kita.
Penulis: Dr. Ahdar Djamaluddin
(KaProdi Tadris IPS IAIN Parepare)
Mengasah Disabilitas menuju Kualitas
(Kunjungan di Hari Pendidikan Nasional pada SLB (Sekolah Luar Biasa) di Kota Parepare)